Proyek tanggul laut di Jawa Utara Indonesia berencana untuk menarik investasi asing
Presiden terpilih Prabowo berencana untuk bekerja sama dengan investor Tiongkok untuk membangun tembok laut besar di sepanjang pantai utara Jawa.Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini mengatakan bahwa ia telah melakukan pendekatan dengan beberapa perusahaan dari China. Dia sudah dua kali ke Beijing dan Hong Kong, China, dan ada yang tertarik. Di China, bisnis real estate sudah jenuh, sehingga mereka tertarik untuk masuk ke proyek tanggul laut. Gagasan Prabowo tentang proyek tanggul laut raksasa akan menjadi skema kemitraan pemerintah dan badan usaha (KPBU), di mana pemerintah akan memiliki 20 persen saham dan sektor swasta memiliki 80 persen saham. Para pengembang yang berminat dipersilakan, namun ia telah mendengar bahwa sudah ada pengembang besar yang tertarik untuk mendanai mega proyek tersebut, mungkin 10 kilometer dipegang oleh satu orang dan 10 kilometer lainnya dipegang oleh orang lain. Adik Prabowo mengatakan bahwa proyek tanggul laut raksasa ini sebenarnya sudah ada sejak pemerintahan Orde Baru di Bapenas pada tahun 1994, namun belum juga selesai. Perencanaan proyek tanggul laut raksasa ini dimulai lagi 10 tahun yang lalu dan telah dilakukan diskusi dengan konsultan dari Belanda, dan Prabowo berniat untuk meneruskan ide tersebut di perairan Jakarta.
Gagasan Prabowo adalah bahwa tanggul laut akan dimulai dari Jakarta dan kemudian meluas ke Surabaya dan Gresik. Hal ini untuk melindungi pesisir Jawa karena ada tanda-tanda bahwa perubahan iklim menyebabkan air laut naik. Alasannya adalah karena hingga 40% sawah di Indonesia terletak di pantai utara Jawa, dan jika mereka tenggelam, ketahanan pangan nasional akan terancam. Tidak ada gunanya membuat program ketahanan pangan di Papua atau Kalimantan jika permukaan air turun. Jika tidak ingin kehilangan sawah di Jawa, maka tanggul laut yang besar harus dibangun. Meskipun begitu, ia menekankan bahwa program tanggul laut raksasa ini tidak akan selesai pada masa pemerintahan Prabowo, bahkan jika Prabowo menjabat dua periode, dan ia memperkirakan bahwa proyek ini akan berlangsung selama 20-30 tahun. Hal ini menyusul pertemuan antara Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan Nanjing Hydraulic Research Institute (NHRI) untuk menjajaki peluang kerja sama pembangunan pemecah ombak dan berbagai jenis struktur tanggul laut. Setelah pertemuan ini, tim NHRI dijadwalkan untuk mengunjungi Indonesia dalam waktu dekat. NHRI akan meninjau data dan studi desain dasar yang telah tersedia yang disiapkan oleh tim ahli yang terdiri dari tim dari Korea, Belanda, dan Kementerian PUPR. Dalam diskusi ini, beliau menekankan pentingnya penggunaan Laboratorium Sumber Daya Air Bandung dan Laboratorium Pesisir Bali Utara untuk pemodelan fisik kesehatan laut. Hal ini merupakan transfer pengetahuan dari China ke Indonesia dan rencana pembiayaan akan menggunakan skema pinjaman.
Pemecah gelombang konvensional, yang biasanya terbuat dari reruntuhan hasil peledakan gunung, membutuhkan waktu yang lama untuk dibangun dan rentan terhadap kerusakan akibat badai. National Research Institute telah mengembangkan inovasi baru berupa pemecah gelombang caisson, yang didesain menyerupai angka "8" di bagian atas dan oval di bagian bawah, dan akan dikubur di bawah tanah dengan kedalaman yang cukup dalam. Sudah diterapkan di sepanjang 27 kilometer rute di Provinsi Jiangsu, Tiongkok, inovasi baru ini lebih berat dan lebih tahan terhadap gelombang, mengurangi waktu konstruksi hingga tiga kali lipat dan menghemat hingga 30%. Selain digunakan sebagai pemecah gelombang, struktur ini juga dapat digunakan untuk revetment sungai dan sedang dikembangkan untuk kincir angin. Kepala Insinyur Ahli Departemen PUPR mengatakan bahwa pantai utara Jawa berada di bawah ancaman penurunan permukaan tanah, dengan tingkat penurunan tanah 15-16 cm per tahun, dan masalah serius dengan tanah lunak. Pengukuran gema sedang dilakukan untuk mengumpulkan data batimetri dan survei tanah untuk desain tanggul laut sepanjang 22 kilometer dari Bekasi ke Tangerang. Proyek ini dirancang untuk diintegrasikan dengan tanggul laut, yang dapat digunakan sebagai jalan raya untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di Jakarta atau sebagai bendungan muara untuk menyimpan air tawar. Namun, pertama-tama, sanitasi masyarakat harus ditingkatkan, karena 13 sungai mengalir ke daerah tersebut, sehingga tanggul tidak menjadi tangki septik.